Holla !

Merasakan sesuatu ?deg-degan?atau mungkin merasa terkejut melihat pipi saya? WARNING ! wabah pipi tomat merah jambu akan bereaksi selama 10 detik,efeknya adalah lo bakal senyum-senyum sendiri dan bahkan menuduh gue cantik badai,ini adalah syndrome menular(?),gunakan masker pipi sebelum membaca blog saya.Terimakasih atas perhatiannya ! hihi

Senin, 10 Oktober 2011

Pacaran Berbeda Agama

Nggi, menurut lo, pacaran beda agama itu salah ngga sih?”





Seorang remaja belia berusia 17 tahun menanyakannya ke Anggi. Anggi pernah ngalami pacaran beda Agama ini, personally - ada beberapa hal yang ngebuat Anggi memutuskan buat menyudahi hubungan itu
Mungkin ada sahabat Tomatopers yang sekarang ngalamin hal yang sama.





Sedang naksir seseorang yang berbeda agama? Baru pacaran dengan yang berbeda agama? Atau udah lama pacaran dengan yang beda agama? Nah, bahasan yang Anggi bakal teriakan adalah dari sudut pandang Anggi yah,dengan apa yang udah Anggi alamin. Kalo terliat agak awam maaf ya, karena Anggi emang bukan expert- nya guys ;)


Pacaran Beda Agama
Sebelumnya temen-temen coba dulu jawab pertanyaan berikut ini:
  1. Mengapa lo bisa menyukai do’i?
  2. Apa sih tujuan lo berpacaran dengan dia? Having fun, ‘jalanin aja’ atau sampai ke pelaminan?
  3. Kira-kira apa tujuan si dia berpacaran dengan gue yah? Having fun, ‘jalanin aja’ atau sampai ke pelaminan?
  4. Bagaimana tanggapan keluarganya?
  5. Bagaimana tanggapan keluarga gue?
  6. Apa gue sanggup menerima dan mampu menyikapi perbedaan ini yah?

Seenggaknya itulah beberapa pertanyaan yang harus temen-temen ajuin kepada diri sendiri dan bisa juga si do’i. 


TUJUAN

Apa sih tujuan kamu berpacaran? Menurut Anggi ini adalah poin pentingnya. Kalo sekadar having fun atau sekadar memuaskan hasrat masa muda untuk berpacaran. Itu terserah pada lo guys. Tapi, jangan lupa juga lho buat mastiin tujuan si dia juga. Kalo dia ternyata berniat serius, gimana?

TANGGAPAN KELUARGA

Gimana tanggapan keluarga kalian? Ngga dipungkiri, ketika kita mulai menjalin hubungan dengan seseorang, itu artinya kita juga harus siap menjalin hubungan dengan keluarganya.
Si gadis 17 tahun yang Anggi sebutin di awal bercerita: “Dia udah cerita sama ortunya. Ortunya setuju kalau gue mau masuk ke agamanya dia. Sementara kakak-kakakku juga menentang banget.”
Nah, lo siap untuk berganti agama jika kalian jadi nanti? Atau mau kawin lari?
Si gadis 17 tahun itu bilang: “Sejujurnya kalo disuruh untuk berganti agama, hati nurani gue berkata ‘ngga’. Gue juga kepikiran, masa gue mau meninggalkan keluarga gue yang pastinya lebih lama mengenal siapa gue demi seseorang yang baru gue kenal.”

MENYIKAPI PERBEDAAN

Oke lah. Akhirnya, kalian bisa bersama (selamanya) entah dengan cara kawin lari atau persetujuan keluarga. Namun, tetap dengan keyakinan yang berbeda. Apakah kalian sanggup menerima perbedaan tersebut?
Berikut beberapa hal yang sebaiknya kamu pikirkan:
  1. Menjalin hubungan romantis dengan seseorang yang berbeda agama ituh ibarat “memikul kuk yang tidak seimbang”. Coba bayangkan apakah nyaman jika kita memikul, misal, di sebelah kiri 1 kg sementara di sisi lain 2 kg?
  2. Kalu kata Om @gajahpesing, “Kasihan anaknya harus milih agama.” Oke, walau ortunya seagama, tetep si anak masih punya hak untuk memilih agama. Tapi, mendidik anak dengan satu cara alangkah lebih baiknya, termasuk urusan ibadah.
  3. Sudah siap untuk beribadah masing-masing? Tidak ada perasaan cemburu ketika melihat pasangan lain beribadah bersama-sama?
Khususnya untuk poin ke-3. Pernah nonton film Cin(T)a atau kalo kata Bair ada film ‘3 Hati 2 Dunia 1 Cinta’. Anggi belum nonton kedua-duanya sih. Tapi, trailer-nya Cin(T)a, pernah. Nah, Helda inget 2 pemeran tokoh utamanya Cina dan Anisa berdo’a bersama – mencampurkan do’a mereka yang seharusnya berbeda.
Helda pribadi punya satu statement begini:

Toleransi dan kompromi itu berbeda.”
Toleransi itu menghargai agama dan kepercayaan orang lain. Tapi, tidak akan kompromi – yakni mencampur-adukkan atau melakukan apa yang seharusnya menjadi kebiasaan agama orang lain.

:DKaya’nya serius amat yah Anggi ngebahasnya. Balik ke tujuan awal lo berpacaran itu, serius atau ngga. Itu tergantung pada masing-masing. Namun, ada yang mesti lo antisipasi:
Cinta itu bertumbuh karena dipupuk. Bisa aja kan awalnya lo bilang: “Ah, ngga apa-apa. Ini cuma pacaran. Apa salahnya?” Kita ngga tau pasti apa yang akan terjadi ke depannya. Bisa aja lo makin dan semakin cinta. Kalo cinta sudah berbicara, apa mau dikata?

6 komentar:

  1. Ibuku dan ayahku beda agama dan akhirnya menikah dengan agama masing-masing (kaya artis ya? hehe)
    Tapi, pesan ibuku “kalo cari pacar/suami mending yang satu iman, susah kalo beda, Jangan ngikutin ibu”

    Sekarang, aku pacaran juga bukan dengan yang sejenis,,artinya beda agama juga.
    Kalo dibilang mau seperti apa aku nggak tahu, aku masih usia 16 tahun. Belum mikirin mau nikah atau enggak
    Mau ngomongin masalah agama sama2 nggak berani
    hihihi…kok jadi curcol yah

    BalasHapus
  2. Hai !
    Anggi Sekadar kasih saran nih ya. Bukan bermaksud menggurui. Sebelum ada yang merasa sakit hati ke depannya, coba pasti’in aja dulu.OK ? ;)

    BalasHapus
  3. Kalo dalam agama yang gue anut (Islam), tentu gak boleh. Itu sama aja zinah.
    Lagi pula masih banyak kan orang lain yg se-iman, yg bisa kita jadiin pendamping hidup :)

    BalasHapus
  4. Yep! itu juga yang Anggi maksud di akhir entri ini. Jadi, sebelum cinta itu sudah bersemi duluan di hati lo gan, sebaiknya tahan aja perasaan tsb. Pasti bisa kok.Semangattttt :)

    BalasHapus
  5. hemmmm…..
    Gag bisa ngbayangin gmna khdupan rumh tngga yg beda agama.
    Smoga gag trjadi pdaquwh.
    N alangkah baikx jk mnikah dgn org yg seiman,,
    khususx org islam (trmasuk aku) krna nikah beda agama ttp d pndang zinah..
    Hihi,,ngerii…

    BalasHapus
  6. ikutan gabung karena saya sendiri mengalami pacaran beda agama.

    mungkin ketika kita pacaran perbedaan agama tersebut tidak begitu bermasalah tapi akan lain cerita jika itu berlanjut ke jenjang perkawinan.

    kalau niat kita cuman buat pacaran ya mending putus aja, kasihan keduanya cuman buang-buang enerdi dan waktu dan juga kasihan jika nanti rasa sayangnya semakin besar.

    Namun jika berlanjut ke pernikahan sebaiknya satukan keyakinan, karena bagaimanapun keyakinan yang satu (sama) akan lebih kokoh ketimbang yang berbeda, kita jangan terkotak dengan pemikiran pluralis dimana pernikahan beda agama itu diperbolehkan (tapi ini versi manusia) coba kita bukan Kitab Suci masing-masing yang jelas Tuhan lebih meridhoi (menghalalkan) pernikahan yang se agama.

    Coba yang menikah beda agama, apakah dilubuk hatinya yang paling dalam dia merasakan ketenangan bathin (terutama yang muslim) saya yakin tidak, karena (maaf) dalam Islam sendiri diharuskan untuk mencari jodoh itu yang se-iman.

    Salam

    BalasHapus

Respon dari yang udah baca Entri Anggi diatas !